Wabah Covid-19 hingga kini belum mereda. Imbasnya, hampir semua pesantren diliburkan. Perkantoran pun banyak yang menerapkan “Work From Home” (Kerja dari rumah).
Bahkan, rumah-rumah ibadah pun ditutup. Masyarakat diminta agar menerapkan karantina mandiri.
Kondisi yang tidak wajar ini bisa saja menimbulkan masalah.
Pasalnya, kita banyak menghabiskan waktu hanya untuk berleha-leha. Tingkat produktivitas masyarakat bisa saja menurun drastis.
Keadaan ini semakin diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran.
Oleh karenanya, beberapa waktu lalu, syababsalafy mengadakan survey terbuka di saluran kanal telegram. Survey tersebut berisikan opini kaum santri agar tetap produktif di masa pandemi.
“Menargetkan diri sendiri untuk melakukan tugas-tugas yang mencambuk semangat belajar sebagaimana ketika di pondok, menjadwalnya, lalu melaksanakan dengan sebaik-baiknya.” Ungkap salah seorang santri yang tidak mau disebutkan asal-usulnya.
Ini merupakan trik pertama. Pasalnya, bila kaum santri memiliki sebuah target untuk menggapai sebuah asa, ia akan memiliki semangat tinggi yang terpacu.
Apalagi ketika mereka menjadwalnya sebgaimana kegiatan di pesantren.
Berbeda dengan yang dituturkan oleh santri dari Ma’had Al-Ittiba’, Sumpiuh.
Rupanya, ia memberikan saran untuk melakukan kegiatan positif dengan spontan, “Langsung niatin, buka kitab, menyepi. Bismillah!.” Luar biasa, tentu masing-masing santri memiliki caranya tersendiri.
Dua hal di atas rupanya cukup memberikan gambaran bagaimana kaum santri begitu antusias untuk meningkatkan produktifitas meski di masa pandemi.
Harapannya, kaum santri ini dapat mewakili contoh generasi muda penerus bangsa.
“Semangat 45. Ikhlas, hindari menunda-menunda, tetep kudusemangat thalabul-ilmi walau di rumah aja.” Imbuhnya.
Tentu saja, selama menjalani masa karantina mandiri tak melulu kita bisa fokus dengan kegiatan belajar. Wajar, ada kalanya rasa bosan datang melambai-lambai.
Namun, bukan berarti kita boleh mengalihkannya pada kegiatan negatif. Tetap harus positif.
“Salurkan hobi kita yang bermanfaat, misal: Masak-masak buat keluarga, jahit-menjahit, merapikan rumah atau halaman, menyusun ruangan, membuat kreasi bersama keluarga, seru-seruan dengan keluarga, main petak umpat, dan banyak lagi.” Kata seorang pelajar asal Yogyakarta saat mengisi lembar survey dari syababsalafy.
Hal ini tentu menjadi hal seru saat kawan-kawan syababsalafy memiliki keluarga besar di rumah. Momen ini bisa dijadikan sebagai ajang untuk berlomba dalam kegiatan positif bersama keluarga.
“Mengadakan tausiyah bakda Maghrib bersama keluarga secara bergantian setiap malamnya. Sehingga, pemateri akan muroja’ah pelajaran atau mempersiapkan materi yang akan disampaikan.”
Kata seorang santri dari Al-Manshurah, Mujur, Kroya menceritakan pengalaman serunya mengisi kegiatan di masa karantina mandiri bersama keluarga.
Intinya, banyak sekali kegiatan positif yang bisa kita lakukan di masa karantina mandiri ini. Masyarakat tidak perlu mengulur waktu hanya untuk berdiam tanpa berkegiatan. Sepatutnya, kaum santri dapat menjadi panutan utama.
“Engkau jangan terus menerus berada dalam kemalasan!Tidaklah sesuatu bisa terluput dari seseorang kecuali dengan sebab kemalasan. Tidak pulaseseorang mendapatkan sesuatu kecuali karena sebab kesungguhan dan tekad yang membaja.” Shaidu al-Khathir (159-161).
Tak lupa, wabah covid-19 ini menjadi ujian bagi umat manusia di seluruh dunia. Namun, sekali lagi, kita harus tetap produktif. Tetap melakukan amal-amal kebajikan meskipun hanya di rumah, walaupun belum bisa pergi ke tempat ibadah.
“Inilah waktu terbaik untuk menguji keikhlasanmu dalam beramal”, kata salah seorang santri dari Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Bagaimana jika kondisi lingkungan tidak mendukung atau ada anggota keluarga yang masih awam?
Harus optimis bila kegiatan semacam tersebut bisa dilakukan. Karena, kegiatan tsb bersifat personal. Yang terpenting adalah mendisiplinkan diri.
Kerjakan apa yang bermanfaat bagimu, dunia dan akhirat..
Semua kan berkesinambungan…